Senin, 29 September 2014

Tingkatkan Eco Habit Mahasiswa, BLH Gebrak Kampus

Jika dikelola Sampah Datangkan banyak Keuntungan

Masih rendahnya kesadaran mahasiswa akan pemahaman tentang upaya pelestarian lingkungan.   Mahasiswa Pencinta Alam Carmine Delta Adventurers Community (Mapala Cadas.Com) berinisiatif dengan Badan Lingkungan Hidup (BLH) Balikpapan menyelenggarakan kegiatan Sosialisasi dan Penanggulangan Sampah Berdasarkan Prinsip 3R di Area Kampus. 

Kegiatan yang dilaksanakan pada Rabu (24/9) di kampus Sekolah Tinggi Teknologi Minyak Bumi dan Gas (STT Migas) Gn.Pasir, Balikpapan Kota ini juga berkaitan dengan program kerja Bank Sampah Mapala Cadas.Com sehingga ada proses penyuluhan terlebih dahulu.


Program ini menjadi program yang terbilang "asing" bagi BLH mengingat baru pertama kalinya penyuluhan dilakukan pemerintah kepada kalangan mahasiswa. Selain BLH, Dinas Kesehatan Kota (DKK) Balikpapan, Lurah Klandasan Ulu, Ketua STT-Migas, serta 50 Mahasiswa STT-Migas Balikpapan hadir dalam kegiatan ini.

Diketahui, kegiatan ini berawal dari diskusi dan atas dasar permintaan dari Mapala Cadas.Com kepada pihak BLH. namun seiring berjalannya waktu terdapat kecocokan antara program BLH di bidang lingkungan maupun Program kerja Mapala Cadas.Com. 

Sehingga dalam sambutannya, Ketua Umum Mapala Cadas.Com, Fariz Fadhillah mengapresiasi upaya BLH yang mau membantu memfasilitasi acara ini sehingga acara ini dapat terselenggara seutuhnya.


”Kembali lagi, karena masih minimnya kesadaran Mahasiswa untuk gaya hidup ramah lingkungan di area kampus. Maka dari itu pada kesempatan ini lah momen yang tepat untuk menciptakan kader-kader lingkungan di kalangan mahasiswa. Dari sini semoga kita sama-sama sadar betapa pentingnya menjaga lingkungan di sekitar kita,” ujar ketua umum Mapala Cadas.Com ini didepan mahasiswa yang terdiri dari berbagai jurusan di STT Migas.

Selanjutnya, mewakili BLH Balikpapan Panti Suhartono, mengungkapkan bahwa sosialisasi ini meneruskan program BLH yang sejauh ini telah dilaksanakan selama 12 kali sepanjang 2014 secara marathon. Namun diakuinya yang terakhir, merupakan sosialisasi perdana dengan menyasar mahasiswa sebagai calon motivator lingkungan.

“Harapannya mahasiswa juga perlu penyadaran, terutama di era reformasi, kesadaran akan lingkungan semakin menurun semakin harinya. Contoh kecil masalah kedisiplinan membuang sampah di Tempat Pembuangan Sampah (TPS). Masih ada yang membuang sampah pada siang hari sehingga baunya (lindi) menyengat ketika kendaraan berlalu-lalang. Maka dari itu budaya dan lingkungan harus lestarikan untuk kesejahteraan masyarakat,” kata Panti.

Tak ketinggalan, Lukman, Ketua Lembaga STT Migas Balikpapan mengaku senang dengan kegiatan ini apalagi denggan menyasar kepada warga kampus. 

“Dengan ini saya harap mahasiswa mengerti dan begitu peduli tentang kondisi lingkungan di area kampus. Semua yang menghasilkan manfaat itu tidak terlaksana kalau tidak dari kesadaran diri. Harus dimulai dari diri sendiri tanpa harus di tegur lagi, “ ujar pria berkecamata ini.

Lukman melanjutkan, berdasarkan pengalaman di Negara maju seperti  Jepang,  tidak banyak tempat sampah ditemui, karena tidak banyak sampah. “Berbeda dengan Indonesia, banyak tempat sampah dan banyak juga sampahnya. Pemahaman seperti ini yang perlu di tingkatkan lagi, “ tambah Lukman. Untuk itu kegiatan ini di buka langsung oleh Lukman sendiri.

Begitu pun dengan dari pihak Lurah Klandasan Ulu yang juga mendukung baik kegiatan sehingga harapannya kedepannya Mahasiswa STT-Migas mau membantu daerah Klandasan ulu untuk ikut bersama baik di bidang lingkungan maupun pencegahan dalam potensi bencana yang ada.

“Walaupun lahan kritis tidak ada, tapi bencana rawan terjadi di sekitaran pesisir pantai karena angin kencang, “ujar Suliasnysah selaku Lurah Klandasan Ulu.

Jalannya Acara

Usai sambutan, seketika kegiatan langsung di ambil alih oleh moderator yaitu Arifudin dari BLH. Materi pertama di bawakan oleh Panti Suhartono mengenai Kebijakan Regulasi Lingkungan. Dalam kesempatan ini Regulasi PP No.81 Tahun 2012 tentang pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga turut di jabarkan olehnya.

“Contoh kecil masih banyak orang di Balikpapan yang kurang menghargai sampah kecil seperti bungkus permen, puntung rokok yang kita tahu baru dapat terurai selama 20 tahun lamanya, “ kata pria yang mengaku sudah berkerja selama 32 tahun di bidang lingkungan itu.

Berbeda dengan anak Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang kini sudah mulai dikenalkan tentang lingkungan dan membuang sampah pada tempatnya.

Lanjut dirinya, sampah mulai saat ini harus di pilah baik sampah organik maupun anorganik. Sampah organik sendiri yaitu sampah sisa makanan, sayur, sisa buah-buahan, juga kopi atau teh. 

Akan tetapi jika terlalu disimpan akan membusuk dan menyebabkan bau yang mengundang lalat sehingga menimbulkan penyakit. Padahal jika di kelola dengan baik, sampah ini dapat di jadikan kompos alami melalui lubang Biopori di sekitar tanaman.

Lalu untuk sampah berjenis lainnya seperti sampah Anorganik seperti, plastik, botol plastik, kertas atau kardus. Ini juga ketika tidak terkelola dengan baik dapat menyumbat saluran air yang dapat menjadi sarang penyakit.

Panti menganjurkan, lebih baik di jual atau di daur ulang menjadi bahan yang menjadi nilai ekonomi sehingga menambah uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. “Penanganan untuk model masa depan yang baik ketika masyarakat sudah bisa memilah sampah, kedepannya TPS ditiadakan, “ imbuhnya. 

Dan jangan membakar sampah yang dapat menimbulkan polusi udara,karena sekarang pemanasan global menjadi-jadi dan lapisan ozon mulai menipis dan menghilang. Maka dari itu, kata dia hati-hatilah memanfaatkan sumber daya yang ada.

Selanjutnya, pada materi kedua Rosmarini yang menjabat sebagai Kepala Bidang Informasi dan Hukum BLH mengenai Pengelolaan Sampah. “Sebenarnya sudah dari kecil manusia sudah dari kecil ditanamkan untuk budaya dan di berikan asupan untuk lingkungan yang akan nantinya tetap harus di pertahankan,” kata Rini sapaan akrabnya.

Pada kesempatan ini Rini juga mengajak Mahasiswa untuk membaca surat yang di tulis oleh seorang anak pada tahun 2070 tentang betapa krisisnya air. “Mengubah perilaku manusia itu tidak gampang. Lebih baik mendidik anak SD atau SMP, karena gampang di atur dari pada Mahasiswa yang seharusnya menjemput bola ketika kurang paham soal lingkungan,” ujar Rini yang turut 
mengapresisasi upaya dari Mapala Cadas.Com dalam mengadakan kegiatan ini.

Kata Rini, anak SD saat ini sudah mulai memanfaatkan pipa buangan dari toilet yang di salurkan ke kolam ikan yang menjadi makanannya. Inovasi dengan berkreasi menggunakan bahan bekas yang tidak perlu di beli lagi dan menjadi nilai ekonomi.

“SMP juga sudah berinovasi dengan memakai solar cell. Tantangan yang saat ini di hadapi BLH ialah mengingatkan orang-orang Imigran. Tetapi,beberapa Imigran tidak membuang sampah karena efek psikologis atau ada rasa malu karena melihat kota orang lain bersih, “ kata Rini.
Untuk itu dirinya mengutarakan harus mencoba Life Style untuk mengedukasi masyarakat lainnya. BLH sendiri sering diskusi dengan pihak terkait Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Lurah atau pun Pemkot Balikpapan.

Terkait sosialisasi program Eko kampus juga menjadi target daripada program BLH di masa yang akan datang. Lembaga harus transparansi dan membangun kerja sama sebanyak-banyaknya sehingga berjalan lancar.

Prinsip 3R sangat erat kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development), khususnya dalam pelaksanaannya dapat menghemat penggunaan energi.

Sementara untuk 3R disini ialah Reuse ialah mengurangi segala sesuatu yang menyebabkan timbulnya sampah dan menggunakan barang-barang yang lebih ramah lingkungan. Reduce ialah menggunakan kembali sampah (barang-barang/produk selama mungkin). Recycle, memanfaatkan kembali atau mendaur ulang sampah setelah mengalami proses pengolahan.

“Jadi pilihlah hal-hal yang banyak manfaatnya.Proses sampah membuahkan hasil ekonomi yang nantinya bisa mensejahterakan masyarakat.Tidak salah kalau Balikpapan masuk dalam golongan The Best Asia Pasifik untuk TPA, karena di TPA kita sudah mengelola sampah sehingga memanfaatkan gas metan dan pemanfaatan Biomethagreen (BMG).

Djoko Santoso Kasubid Penyuluhan Kesehatan Lingkungan, DKK Balikpapan dengan materi Kesehatan Lingkungan.Beliau menyarankan adanya KSTR (Kawasan Sehat Tanpa Rokok) di Kampus STT-Migas agar adanya udara segar yang dapat di hidup bagi orang yang tidak merokok.

Ada beberapa faktor dampak terhadap lingkungan yaitu faktor keturunan, faktor kesehatan, faktor perilaku,dan faktor lingkungan. Mengangkat masalah air kotor dan mengelola menjadi air bersih dengan memanfaatkan saringan, penjernihan air seperti kaporit dan tawas. “Syarat air bersih itu tidak berbau,tidak berwarna dan tidak berasa. Yang menyebabkan air tercemar itu biasanya karena akibat pembuangan limbah industri,dan limbah rumah tangga. Karena ini merupakan penyebab terbesar menurunnya kualitas air di kota-kota.Maka dari itu berhematlah menggunakan air,” kata Joko dalam kesempatan kemarin.

Sementara itu Anthos dari LSM Yayasan Peduli Lingkungan dengan materi Pengelolaan sampah organik yang sekaligus menjadi penutup kegiatan kali ini. “Kondisi saat ini cukup memprihatinkan. Harus ada upaya upaya untuk melestarikannya. Kini warga sudah sangat jengkel dengan orang yang membuang sampah di sembarang tempat contohnya mereka melungkan amarahnya melalui poster.”

Kata Anthos, banyak masyarakat yang membuang sampah di pohon atau di pot-pot bunga karena kurangnya sosialisasi langsung dan sanksi-sanksinya. Pembakaran sampah juga dapat menimbulkan penyakit. Sampah harus di kelola dengan baik karena mempunyai dampak yang besar. Harapannya Balikpapan menjadi pelopor untuk Balikpapan bebas sampah.

Diluar daripada itu acara ini ditutup dengan sesi diskusi. Dalam kesempatan ini juga peserta turut menyampaikan dan melontarkan beberapa pertanyaan baik diluar materi diskusi maupun tidak. Tampak peserta memanfaatkan dengan baik momen yang menghadirkan pihak BLH ini.




Created : Arham “Obor” (NIM : 13.02.049)

Edited : Tirus (NTA.CC.05.11.043)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar