Senin, 29 September 2014

Diary awal mula

12 tahun di negeri rantau, akhirnya saya lulus dari Sekolah Menengah Atas (SMA) di sebuah pulau di ujung utara kalimantan. Reno sapaan saya semasa duduk di bangku sekolah, sebuah doa yang sampai sekarang tidak pernah saya pahami artinya.

Tidak pernah terpikirkan setelah lulus nanti apa yang harus saya lakukan di dunia luar yang katanya tidak seluas daun kelor. Hari-hari saya lalui begitu saja tanpa memikirkan kemana nantinya akan berpijak hingga pada suatu hari saya berfikir untuk membuang diri ke dunia luar.

Saya memutuskan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi namun sama sekali belum tau kemana seharusnya melangkahkan, saran demi saran saya dapati yang kemudian mencetuskan sebuah pilihan yakni “Balikpapan”.

Selama 12 tahun akhirnya saya bisa keluar dari pulau itu untuk memulai menarik garis dari sebuah titik, hari itu saya berangkat tepat setelah Shalat Ashar dengan pengharapan ketika kembali bisa menjadi lebih baik.

Setelah tiba di kota selicin minyak, saya bertemu dengan sanak keluarga yang seumur lahir belum pernah bertemu sebelumnya, saya di saran kan untuk melanjutkan kuliah di sebuah kampus yang berbasis perminyakan. Itu dengan iming-iming sukses, kelak.

Melalui beberapa tahap seleksi akhirnya saya di terima kuliah di sana. Hal yang menakut kan di kampus itu bukan lah masa orientasi atau biasa disebut Ospek atau semacamnya di zaman itu. 

Melainkan sebuah ruangan di lantai 3 yang apabila saya menuju ke sana cukup membuat tubuh saya bergetar. Sekretariat Mapala Cadas.Com.

Namun, setelah selang beberapa waktu saya memutuskan untuk bergabung ke sebuah organisasi intra kampus tersebut yang sebenarnya tidak saya mengerti pada saat itu. Kisah panjang saya berawal dari organisasi ini. 

Saya hanya berpegang teguh pada sebuah kata yaitu “Pasti”. Yah, hanya itu yang menolong saya untuk dapat bergabung di karenakan pada saat itu tidak ada hal menunjang yang saya punya ketika di tanyakan kenapa ingin bergabung.

Tahap demi tahap seleleksi saya ikuti hingga pada akhirnya saya diterima bersama dengan 10 saudara saya yang lainnya,saking dekat dan akrabnya saya tidak bisa mendeskripsikan bagaimana karakter mereka yang jelasnya kami menanamkan satu keyakinan akan saling merangkul satu sama lain,

”Ketika terjadi pertikaian di pagi hari maka saat sanset sudah akur dan ketika terjadi pertikaian di malam hari maka saat sunrise sudah akur.” 

Kurang lebih seperti itulah doa yang akhirnya saya tuliskan. Hingga pada saat itu ketika saya melangkah menuju lantai 3 tubuh saya sudah tidak bergetar lagi karena hal yang saya takuti ternyata adalah surga yang menyelinap kedalam ruangan kecil.

Kenangan kami sangat banyak di sana hingga pada saat kampus kami pindah ke lokasi pinggiran kota balikpapan, dan karena hal itulah saya menyempatkan menulis 7 millimeter dari sekian panjangnya garis yang telah saya lalui.

Jangan pernah melihat hanya dari luar...
Jangan pernah takut untuk tercebur sekalipun harus tercebur ke lumpur...
Cara terbaik untuk melawan ketakutan bukanlah melawannya melaikan mendekatinnya...

Created : Lipan Kc (NTA.CC.07.14.050)
Edited : Tirus (NTA.CC.05.11.043)







1 komentar: