Selasa, 13 Mei 2014

Deforestasi oleh Perusahaan Ancaman Nyata Bagi Lingkungan

Proses perluasan sebuah area industri selalu menjadi ancaman, begitu juga dengan penimbunan berujung penutupan beberapa aliran sungai,  ancaman terhadap keberadaan Hutan Mangrove Primer, biota laut hingga memberikan dampak ekologi bagi masyarakat sekitar.


Senin (12/5)  sejak pagi pukul 11.00 beberapa perwakilan dari pemerhati lingkungan Balikpapan bersama dengan The Forest Trust (TFT) sebuah lembaga konsultasi lingkungan melakukan pengamatan di sekitar kawasan Teluk Balikpapan. Melihat lebih dekat kawasan yang terkenal dengan keanekaragaman hayatinya itu, di temukan beberapa fakta terkait pengrusakan lingkungan  oleh beberapa perusahaan yang beroperasi di wilayah tersebut.

Menurut Karnilla Willard anggota Wahana Peduli Lingkungan Pesisir (Wapella),  salah satu konsen dari survey ini guna melihat lebih jauh kondisi rill di lapangan ”Saya telah mendengar laporan dari Stan Lotha (Peneliti dari Ceko) bahwa telah terjadi pelanggaran komitmen zero the forestation dari sebuah perusahaan yang beroprasi di wilayah ini,” ujar wanita yang juga berprofesi sebagai dosen STT Migas itu.  

Ia menjelaskan bahwa, salah satu perusahaan yang menjadi sorotan disini ialah salah satu perusahaan yang melakukan proses penyulingan Crude Palm Oil (CPO), di mana lokasi yang  ingin di kembangkan oleh perusahaan ini diduga memiliki Nilai Konservasi Tinggi (NKT) atau High Conservation Value Forest (HCVF).

“Kandungan karbon yang ada di kawasan ekosistem Mangrove , menurut standar sendiri dimaksudkan merusak lingkungan apabila kawasan yang di rusak adalah kawasan yang memiliki kandungan karbon di atas 30%,”  ujar Boby, Konsultan dari TFT.

Dalam pengamatan ini juga guna melihat sejauh mana kerusakan lingkungan di wilayah tersebut melalui metode pengamatan kandungan karbon. “Sebenarnya yang menjadi konsen kami adalah meneliti kandungan karbon dalam tanah nya itu sendiri, karena yang paling perlu kita ketahui adalah, seberapa besar kandungan karbon yang terdapat disana. Jadi untuk sekarang kami cukup dengan melakukan pengamatan visual saja,” ujar lelaki yang akrab di sapa Bob, dalam penjelasannya di atas kapal.

Diketahui, perusahaan yang telah beroperasi di kawasan ini sejak tahun 2008  berusaha untuk memperluas kawasannya di daerah yang disebut-sebut semak belukar. Tapiyang jadi masalah disini adalah, wilayah yang ingin di perluas pun bersinggungan langsung dengan kawasan hutan Mangrove. "Sepanjang area yang diperluas untuk kawasan industri merupakan semak belukar, bukan hutan Mangrove itu tidak apa-apa, " jelasnya.   

Dalam kunjungan tadi,  juga ditemukan bahwa,  wilayah yang ingin dibabat oleh perusahaan ini juga terdapat aliran sungai yaitu sungai Berenga, yang di sepanjang pinggiran sungainya adalah Hutan Mangrove.

Sehingga dalam lanjutan sharing usai pengamatan lapangan di Hotel Sagita (13/5), kemarin juga menghasilkan beberapa butir-butir rekomendasi yakni penghentian aktifitas-aktifitas industri di areal anak sungai Berenga yang berujung penimbunan maupun penutupan sungai tersebut.

Meski begitu, menurut keterangan Darman, Nelayan setempat yang juga berperan sebagai motorist, perusahaan ini benar-benar  telah melakukan pengrusakan di areal Hutan Mangrove yaang ada di sekitarnya.”Ya, saya sendiri sudah melihat mereka melakukan penimbunan terhadap salah satu anak sungai yang berada tepat di belakang areal perusahaan tersebut.  sehingga menyebab kan mangrove yang ada di kawasan sungai itu mati,” tuturnya.

Darman menambahkan bahwa, dampak yang paling parah di rasakan oleh nelayan sekitar. ”Dulu kawasan ini adalah tempat nelayan menangkap ikan, kepiting, dan udang. karna tepat di depan perusahaan ini adalah terumbu karang. Namun setelah adanya Dermaga yang di bangun oleh perusahaan tersebut nelayan tak bisa lagi memasang jaring nya di kawasan karang tersebut. Dan karang yang ada di sana pun telah mengalami sedimentasi yang cukup parah, yang mengakibatkan  terputusnya ekosistem sehingga tak ada lagi bahan tangkapan nelayan,” tambah pria berkumis.

Kata dia,  Stan juga mengatakan bahwa terumbu karang yang mengalami kerusakan ini merupakan salah satu terumbu karang yang langka karena keberadaannya cukup jauh dari laut. Jadi sudah jelas sekali bahwa, keberadaan industri di sekitar teluk balikpapan ini telah membawa dampak yang sangat buruk terhadap lingkungan dan ekosistem yang terdapat di tempat itu sendiri. 

Maka sangat di butuhkan perhatian dan tindakan dari orang-orang yang peduli terhadap keberlangsungan dan kelestarian alam di kota kita tercinta ini.


Created :  Darul Asmawan “Mayan” (NIM.13.01.241)

Edited    : Tirus (NTA.CC.05.11.043)


                

Tidak ada komentar:

Posting Komentar