Proses
perluasan sebuah area industri selalu menjadi ancaman, begitu juga dengan penimbunan berujung penutupan beberapa aliran sungai, ancaman
terhadap keberadaan Hutan Mangrove Primer, biota laut hingga memberikan dampak
ekologi bagi masyarakat sekitar.
Senin
(12/5) sejak pagi pukul 11.00 beberapa perwakilan dari pemerhati
lingkungan Balikpapan bersama dengan The Forest Trust (TFT) sebuah lembaga
konsultasi lingkungan melakukan pengamatan di sekitar kawasan Teluk Balikpapan.
Melihat lebih dekat kawasan yang terkenal dengan keanekaragaman hayatinya itu,
di temukan beberapa fakta terkait pengrusakan lingkungan oleh
beberapa perusahaan yang beroperasi di wilayah tersebut.
Menurut
Karnilla Willard anggota Wahana Peduli Lingkungan Pesisir (Wapella), salah
satu konsen dari survey ini guna melihat lebih jauh kondisi rill di
lapangan ”Saya telah mendengar laporan dari Stan Lotha (Peneliti dari Ceko)
bahwa telah terjadi pelanggaran komitmen zero the forestation dari
sebuah perusahaan yang beroprasi di wilayah ini,” ujar wanita yang juga
berprofesi sebagai dosen STT Migas itu.
Ia
menjelaskan bahwa, salah
satu perusahaan yang menjadi sorotan disini ialah salah satu perusahaan yang melakukan proses
penyulingan Crude Palm Oil (CPO), di mana lokasi yang ingin di
kembangkan oleh perusahaan ini diduga memiliki Nilai Konservasi Tinggi (NKT)
atau High Conservation Value Forest (HCVF).
“Kandungan
karbon yang ada di kawasan ekosistem Mangrove ,
menurut standar sendiri dimaksudkan merusak lingkungan apabila kawasan yang di
rusak adalah kawasan yang memiliki kandungan karbon di atas 30%,” ujar
Boby, Konsultan dari TFT.
Dalam
pengamatan ini juga guna melihat sejauh mana kerusakan lingkungan di wilayah
tersebut melalui metode pengamatan kandungan karbon. “Sebenarnya yang menjadi
konsen kami adalah meneliti kandungan karbon dalam tanah nya itu sendiri,
karena yang paling perlu kita ketahui adalah, seberapa besar kandungan karbon
yang terdapat disana. Jadi untuk sekarang kami cukup dengan melakukan
pengamatan visual saja,” ujar lelaki yang akrab di sapa Bob, dalam
penjelasannya di atas kapal.
Diketahui,
perusahaan yang telah beroperasi di kawasan ini sejak tahun 2008 berusaha
untuk memperluas kawasannya di daerah yang disebut-sebut semak belukar. Tapi, yang jadi masalah disini adalah, wilayah yang ingin di perluas pun bersinggungan
langsung dengan kawasan hutan Mangrove. "Sepanjang area yang diperluas untuk kawasan industri merupakan semak belukar, bukan hutan Mangrove itu tidak apa-apa, " jelasnya.
Dalam
kunjungan tadi, juga ditemukan bahwa, wilayah yang ingin “dibabat” oleh perusahaan ini juga terdapat aliran sungai yaitu sungai Berenga, yang di sepanjang pinggiran sungainya adalah
Hutan Mangrove.
Sehingga
dalam lanjutan sharing usai pengamatan lapangan di Hotel
Sagita (13/5), kemarin juga menghasilkan beberapa butir-butir rekomendasi yakni
penghentian aktifitas-aktifitas industri di areal anak sungai Berenga yang
berujung penimbunan maupun penutupan sungai tersebut.
Meski
begitu, menurut
keterangan Darman, Nelayan setempat yang juga berperan sebagai motorist, perusahaan ini benar-benar telah melakukan pengrusakan di areal
Hutan Mangrove yaang ada di sekitarnya.”Ya, saya sendiri sudah melihat mereka
melakukan penimbunan
terhadap salah satu anak sungai yang berada tepat di belakang areal perusahaan tersebut. sehingga menyebab kan mangrove yang ada
di kawasan sungai itu mati,” tuturnya.
Darman
menambahkan bahwa, dampak yang paling parah di rasakan oleh nelayan sekitar.
”Dulu kawasan ini adalah tempat nelayan menangkap ikan, kepiting, dan udang.
karna tepat di depan perusahaan ini adalah terumbu karang. Namun setelah adanya
Dermaga yang di bangun oleh perusahaan tersebut nelayan tak bisa lagi memasang
jaring nya di kawasan karang tersebut. Dan karang yang ada di sana pun telah
mengalami sedimentasi yang cukup parah, yang mengakibatkan terputusnya
ekosistem sehingga tak ada lagi bahan tangkapan nelayan,” tambah pria berkumis.
Kata
dia, Stan juga mengatakan bahwa
terumbu karang yang mengalami kerusakan ini merupakan salah satu terumbu karang
yang langka karena keberadaannya cukup jauh dari laut. Jadi sudah jelas sekali
bahwa, keberadaan industri di sekitar teluk balikpapan ini telah membawa dampak
yang sangat buruk terhadap lingkungan dan ekosistem yang terdapat di tempat itu
sendiri.
Maka
sangat di butuhkan perhatian dan tindakan dari orang-orang yang peduli terhadap
keberlangsungan dan kelestarian alam di kota kita tercinta ini.
Created
: Darul Asmawan “Mayan” (NIM.13.01.241)
Edited
: Tirus (NTA.CC.05.11.043)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar