Pernahkah
merasa begitu bangga saat menjadi mahasiswa
pernahkah merasa begitu hebat kala sudah dikenal sebagai
mahasiswa
pernahkah merasa begitu tinggi dengan status tertinggi
sebagai seorang pembelajar
Ada status sosial yang begitu berbeda dengan predikat
itu. Begitu tinggi.
Ya, mahasiswa identik dengan sosok intelektual, humanis,
religius di mata masyarakat.
Predikat “Maha” yang digabung dengan kata “siswa” begitu
mengagungkan.
Ada dimensi ketuhanan yang terselip pada status itu. Yang
artinya, ada esensi kebenaran absolut.
Dengan dinamika yang dijalani, adakah satu pertanyaan
pada diri meragukan kebanggaan itu. Adakah rasa malu, beban, tanggungjawab
dengan stereotip yang luar biasa tinggi.
Tanpa memahami benar identitas sebagai seorang Mahasiswa,
lucu rasanya membenarkan lalu membusungkan dada dengan pelabelan itu.
Dalam kalangannya sendiri, mahasiswa masih berbeda
menafsirkan; apa dan siapa
Penafsiran berbeda itu malah tak jarang menimbulkan konflik.
Wawasan terhadap esensi itu banyak tidak dimiliki
mahasiswa.
Dunia kampus sebagai virtual society adalah wadah yang
tepat sebelum terjun mengabdi pada lingkungan masyarakat sebenarnya.
Bukankah Mahasiswa memiliki Tridharma Perguruan Tinggi
???.
Yang salahsatu unsurnya adalah pengabdian kepada
masyarakat. Bukan melulu soal angka, tapi juga nurani. Bukan melulu soal
pengakuan, tapi kepekaan.
Kalau tidak memiliki nilai-nilai itu, sama saja mati
suri.
“IPK mengantarkan kita hanya sampai pintu ruang wawancara.
Selebihnya adalah urusan komunikasi dan kepemimpinan”
Anis Rasyid Baswedan, rektor Universitas Paramadina.