Tidak
dimungkiri, minimnya dana untuk
berkegiatan merupakan masalah mendasar yang menghampiri setiap organisasi untuk
mengembangkan kegiatannya. Namun akan terus seperti itu, jika dana sudah dijadikan suatu sudut pandang
bersama yang justru memicu rasa pesimisme hingga membungkam kreatifitas para pelakunya.
“Jika setiap organisasi sudah terbentuk maka saya yakin akan dapat suport
dari pihak lembaga, kampus dan pemerintah setempat. Dan lagi pula dana awal (Bank Sampah) hanya untuk memfasilitasi organisasi saja seperti dalam bentuk buku
tabungan member dan timbangan, “ jelas Sultony, Techincal Support
Bank Sampah yang berasal dari Cimanggis.
Seperti kita ketahui, bank sampah adalah
lembaga perbankan yang melakukan transaksi seperti bank konvensional lainnya. Namun
yang membedakannya adalah bank sampah menabung dalam bentuk sampah yang terpilah
dan bersih yang ada nilai ekonominya.
Berawal perbincangan melalui jejaring sosial, lelaki yang menjadikan akun jejaring Facebook sebagai media guna memperluas jaringan Bank Sampahnya ini tak sungkan membagi pengalamannya. Mulai bagaimana caranya memperoleh dukungan, mencari langkah yang kontruktif dan solutif bagi lingkungan maupun menjalankan sistem manajerial Bank Sampah sendiri.
Berawal perbincangan melalui jejaring sosial, lelaki yang menjadikan akun jejaring Facebook sebagai media guna memperluas jaringan Bank Sampahnya ini tak sungkan membagi pengalamannya. Mulai bagaimana caranya memperoleh dukungan, mencari langkah yang kontruktif dan solutif bagi lingkungan maupun menjalankan sistem manajerial Bank Sampah sendiri.
Kata dia, dengan seiring berjalannya waktu diyakini akan mendapatkan
sendiri modal dari keuntungan menjual sampah kepada pihak pengepul. Dan pasti
akan dapat dukungan dana dari Pemerintah
atau dinas terkait seperti Dinas kebersihan.
“Asalkan mau mempromosikan organisasi bapak dengan cara mengundang mereka
dalam acara peresmiaan nanti dan laporan kegiatan selama kurun waktu 3 bulan. Peluang untuk
menjalankan Bank Sampah ini akan terus ada, “ ujarnya.
Meski begitu menurutnya kalau mendirikan di kampus itu pasti akan sangat aktif apalagi
anggota membernya mahasiswa dan mendapat dukungan dari pihak kampus.
Menurutnya sama halnya dengan mendirikan di wilayah (Masyarakat
luas), namun juga bias sebagai percontohan bagi
kampus lainnya. Yang terpenting, bagaimananya agar bisa merealisasikan bank
sampah ini hingga
dapat menumbuhkan budaya dan persepsi positif terhadap sampah.
“Saya akan dukung penuh apabila memang berniat mendirikan bank sampah
(skala kampus). Mari kita bersatu dalam suatu wadah yang mempunyai misi yang
sama untuk mengurangi sampah yang ada,”ucapnya.
“Sederhananya, untuk menjalankan program bank sampah sendiri sangat mudah, tiga orang
(koordinator, tenaga pemilah dan penimbang) pun ini bisa berjalan asal ada
kemauan, tekad
kuat dan pengetahuan,” tambah Ida, yang menjabat sebagai
sekretaris di Bank Sampah tersebut.
Rancangan awal
Bank Sampah sendiri meliputi :
Melakukan Kajian guna mendirikan bank sampah. Bisa dilakukan dengan RT 51
Selili Sejahtera Kelurahan Manggar, Bank Sampah Wijaya Kusuma RT 34 Kelurahan
Gunungsari Ilir (GSI), RT 34 SDN OO1, SMAN 1 dan elemen
masyarakat yang mempunyai bank sampah. Instansi sasaran : Dinas Kebersihan Pertamanan
dan Pemakaman (DKPP), Pertamina Unit V (CSR) Dinas Kebersihan Kota (DKK)
Balikpapan , Lembaga STT Migas, melalui kordinator
kebersihan. Pembuatan Konsep (Masterplan) dan sistem bank sampah
dalam skala kampus, mendirikan wadah penampungan sampah. Sebagai sasaran :
Kampus I dan II STT Migas meliputi warga Kampus (Mahasiswa, Dosen, masyarakat
dan lain-lain).
Mengikuti agenda Pelatihan Bank Sampah seperti tenaga pemilah dan
penimbang.
6 Standarisasi Bank Sampah
:
1. Pemilahan Sampah sesuai jenis an organik (sampah botol, kertas putih,
kardus, koran, dll)
2. Memiliki sarana wadah dan tempat pengumpulan sampah kering terpilah.
3. Bentuk pengurus bank sampah.
4. Kesepakatan jadwal penjualan
5. Memiliki buku administrasi
6. Memiliki relasi dengan pengepul pengambilan jadwal rutin
Sistem bank sampah
1. Sosialisasi awal masyarakat dan kampus.
2. Pelatihan teknis (Mengundang pemateri bank sampah)
3. Memulai Menjalankan sistem bank sampah
4. Pendampingan wilayah (Pengawasan)
5. Monitoring dan evaluasi. (1bulan).
Sedikit mengutip beberapa pernyataan dari pakar Bank Sampah sendiri bahwa “Membangun
Lingkungan dan Ekonomi Kerakyatan: From Trash To Cash, Prinsip dasar
pengelolaan sampah yang ramah lingkungan adalah harus diawali oleh perubahan
cara kita memandang dan memperlakukan sampah. Sudah saatnya kita memandang
sampah punya nilai guna dan manfaat sehingga tidak layak dibuang percuma.
Pelaksanaan Bank Sampah dan Gerakan 3R adalah langkah nyata kita membumikan
perubahan paradigm pengelolaan sampah. Pengembangan Bank Sampah harus menjadi
momentum awal membina kesadaran kolektif masyarakat untuk mulai memilah,
mendaur ulang dan memanfaatkan sampah guna membangun lingkungan yang lebih baik
sekaligus membangun ekonomi kerakyatan,”
http://jdih.menlh.go.id/pdf/ind/IND-PUU-7-2012-Permen%20LH%2013%20th%202012%20bank%20sampah.pdf -http://www.youtube.com/watch?v=GXexfUW7gvQ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar