Jumat, 20 September 2013

Enggang: Endemisme Borneo Yang Kian Terancam


Semakin meningkatnya aktifitas penebangan hutan yang berujung meluasnya pembukaan lahan, membuat keberadaan endemik khas Kalimantan kian terancam. Kalimantan Timur merupakan sebuah provinsi di Indonesia memiliki luas total 129.066,64 km², yang membuatnya menjadi provinsi terluas kedua di Indonesia. Begitu luasnya daerah Kaltim, banyak pula ragam flora dan fauna yang ada di dalamnya. Salah satunya yaitu burung Rangkong atau Enggang.

Namun sungguh sangat di sayangkan, belakangan ditemukan endemik Indonesia ini sudah masuk daftar burung langka dunia dan lebih miris lagi ketika diniagakan secara bebas.

Terkait itu, Indonesia menetapkan bahwa burung enggang merupakan fauna yang harus dilindungi. Perburuan enggang masih marak dilakukan oleh orang tak beradap akhir – akhir ini.  Mereka memburu burung ini hanya untuk mengambil paruhnya saja.

Dan paruh burung ini lah yang di perjual belikan hingga ke negeri China dan Malaysia untuk dijadikan sebuah hiasan. Tak tanggung – tanggung untuk satu paruh enggang di hargai hingga empat juta rupiah.  
Seperti apa yang dijelaskan oleh kawan saya, menurut dari apa yang dilihat dengan mata kepalanya saat mengunjungi sebuah event lokal di Balikpapan.

Dengan sedikit rasa ingin tahu, diirinya melihat sedikitnya ditemukan dua kepala burung enggan lengkap dengan paruhnya bebas diperjualbelikan di salah satu stan Cinderamata.

“Harga per buahnya bisa mencapai Rp 1 juta. Kalau beli sekaligus dua bisa di nego,” katanya perempuan berumur seperempat abad itu. Dijelaskan oleh si penjual, kedua enggang tersebut biasa di gunakan untuk cinderamata maupun hiasan dinding yang cukup laris terjual.

“Kalau sebagian orang suku Dayak biasa menjadikannya hiasan topi, itu (Kepala enggang) dapat dari hulu sungai Mahakam, enggang ini sudah mati ketika saya temukan, “ kilah si penjual di event yang di adakan pada Februari silam.

Namun sayang ketika ingin kembali pada keeskoan harinya guna mendokumentasikan temuan hal ini, stand beserta kepala burung maupun penjualnya pun sudah lenyap. Entah faktor kesadaran ataupun si penjual sudah mengetahui bahwa meniagakan kepala satwa yang dilindungi ini akan dipersoalkan.

Dikonfirmasi soal ini, tak satupun petugas dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Wilayah III Kalimantan Timur memberikan pernyataan normatif.  Salah seorang petugas menerangkan, negara tidak diam begitu saja, bagi pelaku yang memperniagakan bagian – bagian dari satwa yang dilindungi itu dekenai pasal 21 ayat (2) huruf d Jo pasal 40 ayat (2) undang –undang no 5 tahun 1990 tentang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

Terlepas dari itu, endemisme dalam ekologi adalah gejala yang dialami oleh organisme untuk menjadi unik pada satu lokasi geografi tertentu, seperti pulau, lungkang (niche), negara, atau zona ekologi tertentu
Sedikit pengetahuan, burung enggang (dalam bahasa inggris yaitu Hornbill) adalah jenis burung yang mempunyai paruh berbentuk tanduk lembu tetapi tanpa lingkaran, yang dalam bahasa ilmiahnya adalah BucerotidaeAda sekitar 57 spesies dalam keluarga burung ini 14 diantaranya endemic Indonesia dan 10 di antaranya endemik Afrika, sebagian lagi endemik Asia, dan sisanya tersebar di wilayah lain.

Sedangkan  yang ada di pulau Kaltim adalah jenis burung enggang gading. Yang merupakan burung enggang terbesar dari pada jenis lainnya. Burung ini memiliki ciri - ciri yaitu ukuran tubuhnya yang besar sekitar 100cm, dengan warna tubuh perpaduan hitam dan putih dan warna paruh perpaduan antara kuning, merah dan jingga. 
Tidak hanya Endemik, bagi masyarakat Kaltim burung enggang sudah menjadi bagian dari sendiri kehidupan mereka, seperti burung garuda bagi Indonesia. Allo atau Ruai, sebutan burung besar ini (dalam bahasa dayak) mempunyai kebiasaan hidup berpasangpasangan.

Selain itu, Enggang juga memiliki cara bertelur yang unik, sang jantan akan membuat lubang ditempat yang tinggi pada sebatang pohon  untuk tempat burung betina bertelur, dan sewaktu mengeram itulah burung betina akan menutup sarangnya dengan dedaunan dan lumpur dengan lubang kecil untuk tempat burung jantan memberikannya makanan.

Diketahui, burung enggang betina akan bertelur dengan jumlah telur sekitar 5 hingga 6 butir telur  dalam sarangnya yang tersembunyi tersebut dan apabila induk dan anaknya tersebut sudah tidak muat lagi dalam sarangnya maka burung betina akan memecahkan sarangnya dan merenovasi lagi sarangnya supaya bisa muat bagi anak mereka. pada beberapa spesis kadang anak anak burung itu sendiri yang merenovasi sarangnya tanpa bantuan induknya.

Sang jantan akan memberi makan dan menjaga pasangannya selama bertelur hingga mendewasakan anak anaknya, tidak hanya sampai disitu tetapi hingga seumur hidupnya pasangan ini akan tetap berpasangan. Dan apabila sang Jantan mati maka si Betina pun juga akan ikut menyusul kepergian si Jantan, begitu pun sebaliknya. karenanya burung ini kerap dijadikan sebagai lambang kesetiaan atau lambang kasih sayang.
Namun bagaimana pun juga predator terkuat dan terhebat adalah Manusia . Dan jika kita tidak ingin disebut predator maka sayangilah semua ciptaan Tuhan yang ada di alam semesta ini selayaknya kita menyayangi diri kita sendiri.

Apakah Enggang atau Rangkong nantinya akan menjadi sebuah legenda dan cerita? Atau nantinya burung ini akan tampil didalam foto dan video saja? Apa itu yang akan kita beri untuk generasi kita nanti? Itu semua ada ditangan kita, karena Manusia-lah yang diciptakan Tuhan memiliki kesempurnaan dari makhluk lainnya. 

Oleh : Kimut (NTA.CC.04.10.036)










Tidak ada komentar:

Posting Komentar