Semakin meningkatnya aktifitas penebangan
hutan yang berujung meluasnya pembukaan lahan, membuat keberadaan
endemik khas Kalimantan kian terancam. Kalimantan Timur merupakan sebuah provinsi
di Indonesia
memiliki luas total 129.066,64 km², yang membuatnya menjadi
provinsi terluas
kedua di Indonesia. Begitu
luasnya daerah Kaltim, banyak pula ragam flora dan fauna yang ada di
dalamnya. Salah satunya yaitu burung Rangkong atau Enggang.
Namun sungguh sangat di sayangkan, belakangan ditemukan endemik Indonesia
ini sudah masuk daftar burung langka dunia dan lebih miris
lagi ketika diniagakan secara bebas.
Terkait itu, Indonesia menetapkan bahwa burung enggang
merupakan fauna yang
harus dilindungi. Perburuan enggang masih marak dilakukan oleh orang tak
beradap akhir – akhir ini. Mereka memburu burung ini hanya untuk
mengambil paruhnya saja.
Dan paruh burung ini lah yang di perjual belikan hingga ke negeri China dan
Malaysia untuk dijadikan sebuah hiasan. Tak tanggung – tanggung untuk satu
paruh enggang di hargai hingga empat juta rupiah.
Seperti apa yang dijelaskan oleh kawan saya,
menurut dari apa yang dilihat dengan mata kepalanya saat mengunjungi sebuah
event lokal di Balikpapan.
Dengan sedikit rasa ingin tahu, diirinya melihat
sedikitnya ditemukan dua kepala burung enggan lengkap dengan paruhnya bebas
diperjualbelikan di salah satu stan Cinderamata.
“Harga per buahnya bisa mencapai Rp 1 juta. Kalau
beli sekaligus dua bisa di nego,” katanya perempuan berumur seperempat abad
itu. Dijelaskan oleh si penjual, kedua enggang tersebut biasa di gunakan untuk
cinderamata maupun hiasan dinding yang cukup laris terjual.
“Kalau sebagian orang suku Dayak biasa
menjadikannya hiasan topi, itu (Kepala enggang) dapat dari hulu sungai Mahakam,
enggang ini sudah mati ketika saya temukan, “ kilah si penjual di event yang di
adakan pada Februari silam.
Namun sayang ketika ingin kembali pada keeskoan
harinya guna mendokumentasikan temuan hal ini, stand beserta kepala burung
maupun penjualnya pun sudah lenyap. Entah faktor kesadaran ataupun si penjual
sudah mengetahui bahwa meniagakan kepala satwa yang dilindungi ini akan
dipersoalkan.
Dikonfirmasi soal ini, tak satupun petugas dari
Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Wilayah III Kalimantan Timur memberikan
pernyataan normatif. Salah seorang petugas menerangkan, negara tidak diam begitu saja, bagi pelaku yang
memperniagakan bagian – bagian dari satwa yang dilindungi itu dekenai pasal 21
ayat (2) huruf d Jo pasal 40 ayat (2) undang –undang no 5 tahun 1990 tentang
konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
Terlepas dari itu, endemisme dalam ekologi adalah
gejala yang dialami oleh organisme untuk menjadi unik pada satu lokasi geografi
tertentu, seperti pulau, lungkang (niche), negara, atau zona ekologi tertentu
Sedikit pengetahuan, burung enggang (dalam bahasa
inggris yaitu Hornbill) adalah jenis burung yang mempunyai paruh
berbentuk tanduk lembu tetapi tanpa lingkaran, yang dalam bahasa ilmiahnya
adalah Bucerotidae. Ada sekitar 57 spesies dalam
keluarga burung ini 14 diantaranya endemic Indonesia dan 10
di antaranya endemik Afrika, sebagian lagi endemik Asia, dan sisanya tersebar
di wilayah lain.
Sedangkan yang ada di pulau Kaltim adalah jenis burung enggang
gading. Yang merupakan burung enggang terbesar dari pada jenis lainnya.
Burung ini memiliki ciri - ciri yaitu ukuran tubuhnya yang besar sekitar 100cm,
dengan warna tubuh perpaduan hitam dan putih dan warna paruh perpaduan antara
kuning, merah dan jingga.
Tidak hanya Endemik, bagi masyarakat Kaltim
burung enggang sudah menjadi bagian dari sendiri kehidupan
mereka, seperti burung garuda bagi Indonesia. Allo atau Ruai, sebutan burung
besar ini (dalam bahasa dayak) mempunyai kebiasaan hidup berpasang- pasangan.
Selain itu, Enggang juga memiliki cara bertelur
yang unik, sang jantan akan
membuat lubang ditempat yang tinggi pada sebatang pohon untuk tempat
burung betina bertelur, dan sewaktu mengeram itulah burung betina akan menutup
sarangnya dengan dedaunan dan lumpur dengan lubang kecil untuk tempat burung
jantan memberikannya makanan.
Diketahui, burung enggang betina akan bertelur
dengan jumlah telur sekitar 5 hingga 6 butir telur dalam sarangnya yang
tersembunyi tersebut dan apabila induk dan anaknya tersebut sudah tidak muat
lagi dalam sarangnya maka burung betina akan memecahkan sarangnya dan
merenovasi lagi sarangnya supaya bisa muat bagi anak mereka. pada beberapa
spesis kadang anak anak burung itu sendiri yang merenovasi sarangnya tanpa
bantuan induknya.
Sang jantan akan memberi
makan dan menjaga pasangannya selama bertelur hingga mendewasakan anak anaknya, tidak
hanya sampai disitu tetapi hingga seumur hidupnya pasangan ini akan tetap
berpasangan. Dan apabila sang Jantan mati maka si Betina pun juga akan ikut
menyusul kepergian si Jantan, begitu pun sebaliknya. karenanya
burung ini kerap dijadikan sebagai lambang kesetiaan atau lambang kasih sayang.
Namun bagaimana pun juga predator terkuat dan terhebat
adalah Manusia . Dan jika kita tidak ingin disebut predator
maka sayangilah semua ciptaan Tuhan yang ada di alam semesta ini selayaknya
kita menyayangi diri kita sendiri.
Apakah Enggang atau Rangkong nantinya akan menjadi sebuah legenda dan
cerita? Atau nantinya burung ini akan tampil didalam foto dan video saja? Apa
itu yang akan kita beri untuk generasi kita nanti? Itu semua ada ditangan kita,
karena Manusia-lah yang diciptakan Tuhan memiliki kesempurnaan dari makhluk
lainnya.
Oleh : Kimut (NTA.CC.04.10.036)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar