Rabu, 26 Agustus 2015

Penelusuran Gua di Benuo Taka. Kesan Pertama Tak Selalu Indah.

Kabupaten Penajam Paser Utara (Kab. PPU) – Anggota Muda Mapala Cadas.Com STT Migas Balikpapan melakukan penelusuran kebeberapa gua yang ada di Kecamatan Waru. Namun sangat disayangkan, kepentingan pemerintah setempat tidak mengindahkan konsep pelestarian lingkungan.

Pagi itu (24/8) cukup membuat saya kelimpungan. Kegiatan rutin upgrading materi susur gua (caving) hampir saya lewatkan. Padahal materi kali ini sangat istimewa, kunjungan langsung melihat gua beserta ornamennya, yang sebelumnya hanya bisa berangan dan melihat gambar dari materi-materi ruangan yang disampaikan. Untungnya anggota tim lainnya masih setia menunggu saya di Pelabuhan PPU.

Tim penelusur gua yang terdiri dari 9 orang. Dipimpin langsung oleh Kepala Divisi Caving, Sadliansyah (cicak), dan seorang diantaranya adalah tamu kami dari University Of Barcelona, Spanyol. Neus biasa kami panggil, cukup antusias juga mengikuti kegiatan kami ini, setelah satu bulan menjalani program pertukaran pelajar di Institut Teknologi Bandung (ITB).

Tujuan pertama kami adalah Kantor Kecamatan Waru, karena Pak Camat menawarkan transportasi menuju lokasi gua. Yang saya ketahui bahwa lokasi gua cukup jauh dari jalan utama dan harus masuk wilayah perusahaan perkebunan kelapa sawit. Tepat pukul 14.00 wita kami bertolak menuju lokasi gua. Setelah istirahat cukup lama sambil menunggu pemimpin menyelesaikan tanggungjawabnya.

Tiga puluh menit berlalu. Setibanya di mulut gua, ada hal yang cukup mencolok saya lihat. Bekas kerukan bucket excavator yang cukup luas meratakan tanah, sampai-sampai mulut gua baru terbentuk akibat hal tersebut. Hal ini sangat berbeda dari foto-foto dokumentasi penelusuran sebelumnya, yang masih alami.

Dari penjelasan Pak Camat, penggusuran ini dilakukan untuk memudahkan akses jalan dan sebagai lahan parkir para pengunjung. Karena rencananya gua ini akan dijadikan icon tempat wisata baru di Kecamatan Waru. Sangat disayangkan menurut saya. Karena pengetahuan yang minim akan pengelolaan lingkungan harus mengorbankan keasrian alam. Apalagi proyek penggusuran tersebut didasari oleh agenda kunjungan Bupati PPU ke gua tersebut dalam waktu dekat ini.

Setelah tercengang beberapa saat dan mendengarkan cerita Pak Camat. Tim melakukan penelusuran yang diawali dengan briefing oleh Sadliansyah. Gua pertama yang kami telusuri adalah Gua Bensiang Putri. Pintu Gua Bensiang Putri secara tidak sengaja muncul akibat pengerukan sisi bukit. Saat dikeruk terlihat sebuah lubang kecil, ketika dicek oleh seorang pekerja lubang itu menghembuskan udara dari bagian dalamnya, sehingga diputuskan untuk diperlebar dan menjadi pintu masuk gua. Nama Gua Bensiang Putri berasal dari kata Bensiang yang diambil dari nama bukit di mana gua itu berada yaitu Bukit Bensiang, dan Putri berasal dari penemuan ornamen gua yang berbentuk menyerupai alat kelamin kaum hawa.

Gua Bensiang Putri termasuk dalam kategori gua kering. Penelusuran diawali dari mulut gua yang sempit memaksa kami merayap dan antri. Dunia di bawah dunia, ungkapan yang tepat untuk menggambarkannya. Lorong sempit di mulut gua berubah layaknya aula tanpa penerangan. Selama penelusuran, kami dijelaskan mengenai proses pembentukan ornament gua, etika penelusuran gua dan biota gua. Di ujung lorong, kami menemukan longsoran dinding gua yang diperkirakan adalah pintu lain dari gua tersebut. Waktu penelusuran pada gua pertama ini selama 45 menit, dengan panjang lintasan sekitar 500 meter.

Para wisatawan lokal turut meramaikan salah satu spot wisata baru ini. Nampak mimik penasaran di wajah mereka mengikuti kami menyelisik lorong gua. Beberapa saat penelusuran, hal yang tak lazim nampak di depan mata. Perbuatan tangan-tangan tak bertanggungjawab, mencoreng nilai estetika gua dan kelestariannya.

Tepat pukul 16.00 wita kami melanjutkan penelusuran ke Gua Bensiang Putra, setelah beberapa saat istirahat dan bercengkrama dengan Pak Camat. Posisi gua ini berada 70 meter di atas Gua Bensiang Putri, sehingga tim harus menaiki anak tanga sementara yang telah disediakan oleh pemerintah setempat. Gua bensiang putra tidak jauh beda kodisinya, hanya saja lebih kering dari gua sebelumnya. Wajar saja, karena mengingat lokasi gua yang berada di bagian atas bukit ditambah lagi beberapa bulan terkahir PPU tidak diguyur hujan.

Ornamen-ornamen pada kedua gua yang kami temui tidak jauh beda, diantaranya adalah stalactite, stalacmite, gorden. Begitu pula dengan hewan-hewannya, jangkrik gua, laba-laba gua, kelelawar, ular, cacing, cicak, kelabang kaki panjang.

Setelah tiga puluh menit menelusur gua Bensiang Putra, kami bergegas kembali ke Kantor Kecamatan Waru. Mengingat waktu sudah senja. Perjalanan ke Balikpapan memerlukan waktu 120 menit dari Kantor Kecawatan Waru, dan dapat dipastikan malam hari kami tiba di Sekretariat Mapala Cadas.Com.

Tantangan bagi kami (red. Mapala Cadas.Com) dan manusia berideologi sejenis. untuk mensosialisasikan kepada masyarakat sekitar tentang pentingnya pemeliharaan lingkungan hidup.

Dhoni Setiawan  “Gajah”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar