Kabupaten Penajam Paser Utara (Kab. PPU) – Anggota
Muda Mapala Cadas.Com STT Migas Balikpapan melakukan penelusuran kebeberapa gua
yang ada di Kecamatan Waru. Namun sangat disayangkan, kepentingan pemerintah
setempat tidak mengindahkan konsep pelestarian lingkungan.
Pagi itu (24/8) cukup membuat saya kelimpungan.
Kegiatan rutin upgrading materi susur
gua (caving) hampir saya lewatkan. Padahal
materi kali ini sangat istimewa, kunjungan langsung melihat gua beserta
ornamennya, yang sebelumnya hanya bisa berangan dan
melihat gambar dari materi-materi ruangan yang disampaikan. Untungnya anggota
tim lainnya masih setia menunggu saya di Pelabuhan PPU.
Tim penelusur gua yang terdiri dari 9 orang. Dipimpin
langsung oleh Kepala Divisi Caving, Sadliansyah
(cicak), dan seorang diantaranya adalah tamu kami dari University Of Barcelona, Spanyol. Neus biasa kami panggil, cukup
antusias juga mengikuti kegiatan kami ini, setelah satu bulan menjalani program
pertukaran pelajar di Institut Teknologi Bandung (ITB).
Tujuan pertama kami adalah Kantor Kecamatan Waru,
karena Pak Camat menawarkan transportasi menuju lokasi gua. Yang saya ketahui
bahwa lokasi gua cukup jauh dari jalan utama dan harus masuk wilayah perusahaan
perkebunan kelapa
sawit. Tepat pukul
14.00 wita kami bertolak menuju lokasi gua. Setelah istirahat cukup lama sambil
menunggu pemimpin menyelesaikan tanggungjawabnya.
Tiga puluh menit berlalu. Setibanya di mulut gua, ada hal yang cukup mencolok
saya lihat. Bekas kerukan bucket excavator
yang cukup luas meratakan tanah, sampai-sampai mulut gua baru terbentuk akibat
hal tersebut. Hal ini sangat berbeda dari foto-foto dokumentasi penelusuran
sebelumnya, yang masih alami.
Dari penjelasan Pak Camat, penggusuran ini dilakukan
untuk memudahkan akses jalan dan sebagai lahan parkir para pengunjung. Karena
rencananya gua ini akan dijadikan icon tempat
wisata baru di Kecamatan Waru. Sangat disayangkan menurut saya. Karena
pengetahuan yang minim akan pengelolaan lingkungan harus mengorbankan keasrian
alam. Apalagi
proyek penggusuran tersebut didasari oleh agenda kunjungan Bupati PPU ke gua
tersebut dalam waktu dekat ini.
Setelah tercengang beberapa saat dan mendengarkan
cerita Pak Camat. Tim melakukan penelusuran yang diawali dengan briefing oleh Sadliansyah. Gua pertama
yang kami telusuri adalah Gua Bensiang Putri. Pintu Gua Bensiang Putri secara
tidak sengaja muncul akibat pengerukan sisi bukit. Saat dikeruk terlihat sebuah
lubang kecil,
ketika dicek oleh seorang pekerja lubang itu menghembuskan udara dari bagian dalamnya, sehingga diputuskan untuk diperlebar dan menjadi pintu masuk gua. Nama Gua Bensiang Putri berasal dari
kata Bensiang yang diambil dari nama bukit di mana gua itu berada yaitu Bukit
Bensiang, dan Putri berasal dari penemuan ornamen gua yang berbentuk menyerupai
alat kelamin kaum hawa.
Gua Bensiang Putri termasuk dalam kategori gua
kering. Penelusuran
diawali dari mulut gua yang sempit memaksa kami merayap dan antri. Dunia di
bawah dunia, ungkapan yang tepat untuk menggambarkannya. Lorong sempit di mulut
gua berubah layaknya aula tanpa penerangan. Selama penelusuran,
kami dijelaskan mengenai proses pembentukan ornament gua, etika penelusuran gua
dan biota gua. Di
ujung lorong, kami menemukan
longsoran dinding
gua yang diperkirakan
adalah pintu lain dari gua tersebut. Waktu penelusuran pada gua pertama ini
selama 45 menit, dengan panjang lintasan sekitar 500 meter.
Para wisatawan lokal turut meramaikan salah satu spot wisata baru ini. Nampak mimik penasaran
di wajah mereka mengikuti kami menyelisik lorong gua. Beberapa saat
penelusuran, hal yang tak lazim nampak di depan mata. Perbuatan tangan-tangan
tak bertanggungjawab, mencoreng nilai estetika gua dan kelestariannya.
Tepat pukul 16.00 wita kami melanjutkan penelusuran
ke Gua Bensiang Putra, setelah beberapa saat istirahat dan bercengkrama dengan
Pak Camat. Posisi gua ini berada 70 meter di atas Gua Bensiang Putri, sehingga
tim harus menaiki anak tanga sementara yang telah disediakan oleh pemerintah
setempat. Gua bensiang putra tidak jauh beda kodisinya, hanya saja lebih kering
dari gua sebelumnya. Wajar saja, karena mengingat lokasi gua yang
berada di bagian atas bukit ditambah lagi beberapa bulan terkahir PPU tidak diguyur hujan.
Ornamen-ornamen pada kedua gua yang kami temui tidak
jauh beda, diantaranya adalah stalactite,
stalacmite, gorden. Begitu pula dengan hewan-hewannya, jangkrik gua,
laba-laba gua, kelelawar, ular, cacing, cicak, kelabang kaki panjang.
Setelah tiga puluh menit menelusur gua Bensiang
Putra, kami
bergegas kembali ke Kantor Kecamatan Waru. Mengingat waktu sudah senja. Perjalanan
ke Balikpapan memerlukan waktu 120 menit dari Kantor Kecawatan Waru, dan dapat
dipastikan malam hari kami tiba di Sekretariat Mapala Cadas.Com.
Tantangan bagi kami
(red. Mapala Cadas.Com) dan manusia berideologi
sejenis. untuk mensosialisasikan kepada masyarakat sekitar
tentang pentingnya pemeliharaan lingkungan hidup.
Dhoni Setiawan
“Gajah”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar