Saat hujan serta tanah subur yang melimpah ruah di sebagian
besar negara, keberadaan ruang terbuka hijau di beberapa negara beriklim gurun
yang wilayahnya sebagian besar terdiri atas gurun pasir sangat diperjuangkan.
Seperti di Saudi Arabia yang berkomitmen melakukan gerakan penghijauan secara "sentral" di dataran yang dikenal tandus dan gersang tersebut.
Bahkan untuk mendukung hal itu negara dengan sistem Kerajaan tak tanggung-tanggung untuk menerapkan sanksi berupa materi kepada siapa saja yang mengancam keberadaan pohon.
Hal itu cukup menjadi pusat perhatian peserta tour dan
wisata spiritual di Mekkah kala itu, sembari memperhatikan keadaan lingkungan sekitar yang mulai
terlihat Hijau dan Asri.
Dikatakan bila puluhan tahun lalu kawasan kota Mekkah
gersang dan tandus, namun yang nampak sekarang kawasan yang cukup asri dan
hijau untuk ukuran kota di gurun pasir.
Di Padang Arafah misalnya, meski jika mencapai puncaknya suhu disana bisa mencapai sekitar 40 derajat lebih, penghijauan pepohonan yang digagas oleh Insinyur Soekarno tersebut cukup ampuh melindungi diri dari sengatan matahari langsung. Serta menambah pasokan oksigen dan kesejukan disana.
“Saking susahnya merawat serta menumbuhkan pepohonan disini, diterapkan lah peraturan tersebut," jelas Nurcholis yang telah menetap sekitar 13 tahun di tanah arab.
Dalam perjalanan saya sempat menemui beberapa fakta unik seperti pohon yang dinamai Soekarno, di titik penghijauan yang ada di sepanjang jalur di padang arafah. Diketahui, pohon-pohon besar berjenis pohon teduh disana merupakan inisiasi dari Soekarno, bapak Proklamator Indonesia.
Hal itu dilakukan mengingat saat Soekarno beribadah haji,
layaknya jemaah lainnya dirinya merasa keadaan Padang Arafah terlalu panas,
sehingga dirinya langsung menggagas wacana penghijauan kepada Raja Arab Saudi
kala itu. Hingga berujung dengan dikirimnya beberapa bibit jenis pohon Mimba
dan Mindi berikut beberapa tenaga ahli Kehutanan Indonesia.
Dan sekarang pohon tersebut tampak cukup rimbun serta siap menjadi peneduh agar bagi jamaah haji guna menambah kekhusyukan ibadahnya.
Tidak sampai disitu, ditambahkan oleh dia, pemerintah
setempat cukup Intensif melakukan perawatan dan penanaman beragam tanaman hias seperti bunga di median jalan, pohon
kurma dan beragam tanaman di iklim gurun
seperti kaktus dan sebagainya.
Diketahui untuk menemukan sumber air di tanah Arab memang terbilang sangat sulit, namun dengan metode pemetaan lahan dengan mencari maupun mengamati lahan sekitar yang tumbuh tanaman baik secara liar atau ditanam menandakan bahwa di tempat tersebut terdapat mata air.
Beda jika sebuah kawasan yang dikhususkan untuk perkebunan
kurma, membutuhkan distribusi air dalam jumlah besar. Tak heran pula untuk
memasok kebutuhan air di lahan kering ini pemerintah setempat menggunakan
sistem Irigasi (pengairan) dengan memompa air dan mengalirkannya ke tanaman-tanaman
dengan perantaraan pipa-pipa kecil. Dengan jarak tanaman yang bervariasi sistem
ini biasanya mengaliri air dua kali dalam sehari pagi dan petang selama tak
kurang 10 menit.
Cukup lengkap, pepohonan subur di tengah kawasan tandus dengan
kolaborasi antara sinar matahari yang cukup dan juga rutinitas penyiraman nya.
Diluar perkiraan, bisa dibayangkan, betapa panjangnya proses
untuk menjaga sang pelindung bumi itu di negara yang dialiri oleh sungai
tersebut. Dan bagaimana di Indonesia di negeri gemah ripah lah jinawai yang
bisa dibilang tanah surga mengingat sebagian besar jenis tumbuhan bisa tumbuh
subur.
Alangkah baiknya, jika kita bisa mengambil pembelajaran bagaimana sebuah negeri tandus yang menghargai
betapa pentingnya sang penopang kehidupan tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar