Minggu, 06 April 2014

Coretan Kecil dari Milad ke-7

PAGI tadi, saat matahari mulai imut-imutnya. Memori otak tiba-tiba memutar kembali perayaan Milad Cadas beberapa waktu lalu. Sambil menunggu istri tersayang pulang dari pasar, iseng-iseng mengambil laptop. Hasilnya, sedikit coretan seperti di bawah ini.

Milad ke-7 Cadas.Com, 3 Maret lalu, memberikan kesan tersendiri bagi saya. Perayaan sederhana dengan potongan tumpeng itu membuat saya semakin sadar kalau sudah tua diusia muda.

Ya, kesibukan anggota lain dan faktor cuaca saat itu, membuat saya satu-satunya senior yang sempat datang. Bahkan, karena dianggap paling senior plakat untuk Angkatan I ingin diberikan kepada saya, sebagai perwakilan. Tawaran yang terpaksa saya tolak, karena memang tak berhak.
Semakin terasa tua, sebab saat itu saya datang bersama istri dan buah hati. Istri yang merupakan anggota tercantik Cadas.

Datang ketika acara hampir kelar, untuk pertama kalinya badan saya tidak dibalut seragam kebesaran Cadas, ketika merayakan hari lahir organisasi terbesar di Kampus Merah.

Tak terasa sudah banyak yang dilalui sejak saya “dilahirkan” akhir 2007 lalu, saat Cadas belum genap setahun. Mengingat momen milad itu, sering kali bibir saya merekah. Membayangkan pertama kali mendaftar, pendidikan, hingga menjadi pengurus.

Di organisasi inilah saya mendapat banyak hal. Lebih dari mendapat keluarga baru. Di Cadas saya bisa “bicara”. Di organisasi yang sudah berganti enam ketua umum  ini saya mendapat jalan untuk bekerja, bahkan istri (dikalangan sebagian anggota mapala, ini disebut memancing di kolam sendiri. Hahaha).

Seperti yang saya katakan di atas, tulang rusuk saya adalah anggota Cadas. Angkatan IV yang juga mantan kepala Divisi Rock Climbing. Bukan hanya menikahi anggotanya, mas kawin pernikahan pun dibentuk seperti lambang Cadas. Mantap lok.

Dulu, pertama kali dipercaya memimpin rapat, saya kagok. Jangankan memimpin, membuka rapat saja saya bingung. Setelah berproses, saya kerap dipercaya menjadi utusan untuk menghadiri forum. Baik skala lokal Balikpapan, Kaltim, maupun nasional.   

Sudah banyak yang diberikan Cadas kepada saya, tak sebanding dengan apa yang saya berikan. Sedikit lebay memang, tapi itulah kenyataannya.

Ingin sekali menuangkan pengalaman bersama organisasi ke dalam tulisan ini, tapi malu rasanya. Saya memang pemalu, dan saya yakin orang yang mengenali saya akan membantah pernyataan tersebut.
Malu dengan Kebo yang menulis pengalamannya ketika mendaki Gunung Melihat. Pengalaman bagi yang membacanya akan terharu sekaligus bangga.

Malu dengan senior-senior, Beny, Kuri, Tama, Zuiz, Fitri dll, yang berjuang dari awal untuk organisasi yang dianggap sebelah mata pihak kampus.

Alasan lainnya, istri sudah mau kembali dari pasar. Sebagai suami yang baik, tidak enak rasanya membiarkan jari terus bernari di keyboard laptop. Takut nanti malam disuruh tidur sama laptop. 

Seperti kata pepatah, Setiap Orang ada Masanya dan Setiap Masa ada Orangnya. Sekarang bukan lagi masa saya. Cadas kini ada di tangan orang muda dan anggota muda yang saya yakin bisa berbuat lebih di tengah kekurangan. Sekarang saatnya lebih banyak menyimak dan memerhatikan.

*Ganteng Imut Banget
NTA.CC.02.08.021



Tidak ada komentar:

Posting Komentar