Rabu, 26 September 2018

Menuju PDCA 13



Masih terekam jelas siang itu, saat saya tiba di sekretariat. Bang Ben terlihat sibuk didepan kamera untuk mengambil video yang nantinya akan diputar saat PKKMB 2018. ‘Ngomong apa aku mut?’ Tanyanya kepada Bang Kimut sang director hari itu, yang kemudian dibalas singkat oleh Bang Kimut ‘ya terserah abang aja, abang ceritakan gimana dulu Cadas terbentuk’. Setelah beberapa kali take, akhirnya kegiatan syuting tipis-tipis itu berakhir. Walaupun mengaku deg-degan didepan kamera Bang Ben berhasil menceritakan Cadas berdurasi sekitar 11 menit.

Dalam sebelas menit itulah, saya kemudian bernostalgia. Bang Ben seolah-olah mendongengkan kembali masa-masa bagaimana Cadas jatuh bangun dalam prosesnya sampai dengan saat ini.

Terbayangkan kondisi organisasi saat ini yang minim kader membuat kami pengurus cukup kelimpungan. Jika dibandingkan dengan cerita Bang Ben, masalah kami bahkan tidak begitu berat dibanding permasalahan-permasalahan yang pernah terjadi.

Sebelumnya, kami pengurus memang menargetkan untuk open recruitment lebih awal karena beberapa alasan. Sehingga sebelum perkuliahan dimulai, saya sudah harus kembali ke Balikpapan untuk rapat persiapan dan lain-lain.
Dalam proses persiapan ini, saya kembali bernostalgia. Mungkin saya memang rindu suasana rapat atau entahlah. Saya sering kali bernostalgia akhir-akhir ini hehe. 

Membahas persiapan pendidikan dasar cukup menguras pikiran dan tenaga, apalagi saya ditempatkan sebagai koordinator acara oleh ketua panitia, Bang Lepas. Mengeluarkan ide-ide dan konsep baru yang sekiranya sesuai dengan apa yang organisasi butuhkan saat ini. Diskusi demi diskusi kami bangun baik sesama panitia maupun dengan senior.
Setelah PDCA sebelumnya yang kurang memuaskan, kami kembali meramu cara-cara baru menarik kader untuk melanjutkan perjalanan organisasi ini. Hingga terpilih konsep yang sedikit berbeda dari sebelumnya. Sebagai pengurus sekaligus senior yang akan mempunyai adik baru, saya merasa tanggung jawab semakin besar. 

PDCA 13 mengingatkan saya masa-masa dimana saya masih Anggota Muda. Semangat yang membara, pressure, kegiatan demi kegiatan kami jalani dengan banyak mengeluh, dan seleksi alam yang terjadi menyisakan beberapa diantara kami yang awalnya berjumlah tiga belas orang. Tidak semua bisa aktif di organisasi dengan alasan yang beragam. Dan pada kamilah keberlangsungan organisasi ini dititipkan. 

Saat ini ditulis, pra PDCA sedang berjalan dan berada pada tahap materi ruangan. Sebagai panitia yang ikut menginterview calon anggota, saya melihat semangat mereka yang ingin bergabung dengan kami. Menularkan semangat tersebut kepada saya. Dan mungkin juga ke panitia lain. Kepada adik-adik calon anggota, jujur saya meletakkan banyak harapan kepada kalian. Walaupun seperti kata Ali bin Abi Thalib bahwa dari semua kepahitan dalam hidup yang paling pahit adalah berharap kepada manusia, tidak melunturkan harapan saya kepada kalian.

Sekalipun pahit, harapan tetaplah penyambung hidup. Manusia bertahan karena masih ada harapan. Semoga kalian-kalian menjadi penyambung kehidupan organisasi ini.
Saya pernah sekali menyebutkan, bergabung menjadi Mapala bukanlah perkara mudah, pun dengan bertahan didalamnya apalagi hendak keluar dari Mapala. Maka dari itu, kuatkan tekad kalian. Sebagai mahasiswa pencinta alam, tidak hanya harus kuat secara fisik tapi juga dengan mental.
Teruslah berproses, karena tidak ada yang sia-sia dari itu.
Salam Lestari!





Febbyan Awalia S - Ruzun
NTA.CC.10.16.074 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar