Saya baru
rebahan di kasur empuk waktu postingan di grup WhatsApp Mapala Cadas.Com
muncul. 17 Februari lalu, Tirus, lulusan anyar yang kembali ke fitrahnya
sebagai kuli tinta, meng-upload foto Pak Lukman. Dengan senyum mengembang,
ketua STT-Migas itu berdiri bersender di dinding.
Di kanannya,
Ale duduk dengan ekspresi datar. Di ruangan itu juga ada Lepak. Walau di foto
hanya sebagian kepalanya yang keliatan.
Saya hapal
ruangan tempat foto itu diambil. Pernah beberapa kali ke sana. Bahkan pernah
jadi tempat kencan pertama waktu pacaran sama perempuan tercantik di Cadas.
Yang ini nda usah dideskripsikan. Pasti paham toh siapa yang saya maksud. Apalagi Rahul.
Ruangan itu
Mushola Polsek Balikpapan Utara. Ya, kantor polisi. Bukan kampus atau
sekretariat. Ale plus Lepak diminta ke Polsek. Alasannya, untuk cabut laporan
pengeroyokan di kampus. Kasusnya juga tidak saya beber lengkap. Kalau mau tahu,
silahkan datang ke dapur Cadas. Penghuninya pasti tahu, kecuali Jangkrik.
Soalnya dia baru muncul lagi. Pulangnya jangan lupa cuci piring yo.
Tapi sebelum
laporan dicabut mereka harus ditahan walau bukan di sel penjara. Biar ada efek
jera. Itu harapan kampus. Tapi saya pesimis mereka jera (semoga saya salah).
Apalagi Lepak yang kalau jalan saja sudah seperti ngajak kampus beserta isinya kelahi.
Kalau Ale
memang sedikit kalem. Tapi jangan lupa, jomblo berambut ikal itu orang Timur.
Orang yang katanya Abdur (comica yang satu daerah sama Ale) tidak jahat di
kampungnya, belum tentu di perantauan. Tidak percaya? Tanya Agas. Dia sudah
pernah rasakan kejamnya tatapan mata Ale.
---
Di caption foto yang diunggah, Tirus
menulis Terakhir sore baru dijenguk ketua
migas yang bs jengku bs merapat dluan silahkan ke polsek utara. Sumpah.
Begitu memang cowo yang pernah gondrong itu nulisnya. Bukan saya yang salah
ketik.
Walau begitu
saya paham. Ada yang salah dengan foto itu. Bukan karena fotonya gelap. Tapi
situasinya yang tidak seindah senyum Pak Lukman.
Kenapa harus
dibawa ke Polsek. Toh sudah ada
perdamaian. Saya sendiri yang jadi salah satu juru damai. Tanda tangan di
kertas bermaterai pula. Lepak juga sudah berusaha menjilat sekuat tenaga
supaya akrab dengan Anton. Cowo yang wajahnya sempat dia sentuh, juga dengan
sekuat tenaga.
Tapi saya
sadar. Ini bagian dari manuver barisan sakit hati. Entah kenapa begitu. Kalau memang
pergerakan teman-teman di kampus membuat mereka marah, alangkah lucunya.
Pengurus kampus
mungkin lupa kalau tugas mahasiswa bukan cuma kuliah. Ada hal yang patut
dikritis. Fasilitas kampus misalnya. Pengurus kampus mungkin juga lupa pernah
menjadi bagian dari demonstrasi semasa menjadi mahasiswa. Bahkan menjadi otak
aksi. Jadi, lucu sekali kalau sakit hati karena masalah itu. Kami belajar dari
kalian, Bang, Pak.
Dari kasus
ini, bertambah lagi kenikmatan yang harus dimiliki anggota Cadas. Selain sering
dipersulit semasa mengurus KRS, dispensasi, sampai kerja praktek, harus sabar
jika dianggap menjadi “musuh” nomor satu.
Untuk si
bungsu, Barringtonia Asiatica, biasakan telinga kalian mendengar kata-kata,
“Mahasiswa kok pungut sampah”. Atau, “Kamu tidak boleh aktif di Cadas kalau mau
lanjut kuliah semester depan”. Atau yang ini, “Organisasi itu bikin lama lulus
kuliah”.
Abang dan
Mba kalian sudah pernah bahkan sering mendengarnya. Kalau nanti ada yang
ngomong seperti itu, pesan saya, berikan dia senyuman. Semanis senyum Pak
Lukman difoto yang diunggah Tirus. Kalau mau mengumpat, dalam hati saja.
Tidak ada
gunanya mendengarkan omong kosong itu. Anggap saja kentut Gajah. Bau
busuk tapi cuma sekelebat. Jadi jangan dihirup dalam-dalam. Tetaplah kritis.
Ingat, kalian orang terpilih. Benar-benar terpilih. Banyak pendaftar yang sudah
dicoret Agas.
Besok, Cadas
berusia sembilan tahun. Masih muda. Tapi bukan berarti bisa dipandang sebelah
mata. Ke depan, Barringtonia Asiatica pasti bakal menjadi pilar utama. Belajarlah. Serap ilmu sebanyak mungkin. Termasuk ke
Lepak dan Ale. Pasti ada yang berguna dari keduanya.
Seperti kata
Bang Ben. Nikmatilah proses belajar bersama alam, lingkungan sekitar, dalam
tangis, bahagia, sakit hati, putus asa. Satukan semua dengan kalimat suci
pengikat kita; saudara.
Selamat
Milad ke-9. Salam Lestari.
Edwin “Gaib”
NTA.CC.02.08.021
Tidak ada komentar:
Posting Komentar