Rabu, 02 Maret 2016

SENYUM PAK LUKMAN

Saya baru rebahan di kasur empuk waktu postingan di grup WhatsApp Mapala Cadas.Com muncul. 17 Februari lalu, Tirus, lulusan anyar yang kembali ke fitrahnya sebagai kuli tinta, meng-upload foto Pak Lukman. Dengan senyum mengembang, ketua STT-Migas itu berdiri bersender di dinding. 

Di kanannya, Ale duduk dengan ekspresi datar. Di ruangan itu juga ada Lepak. Walau di foto hanya sebagian kepalanya yang keliatan. 

Saya hapal ruangan tempat foto itu diambil. Pernah beberapa kali ke sana. Bahkan pernah jadi tempat kencan pertama waktu pacaran sama perempuan tercantik di Cadas. Yang ini  nda usah dideskripsikan. Pasti paham toh siapa yang saya maksud. Apalagi Rahul. 

Ruangan itu Mushola Polsek Balikpapan Utara. Ya, kantor polisi. Bukan kampus atau sekretariat. Ale plus Lepak diminta ke Polsek. Alasannya, untuk cabut laporan pengeroyokan di kampus. Kasusnya juga tidak saya beber lengkap. Kalau mau tahu, silahkan datang ke dapur Cadas. Penghuninya pasti tahu, kecuali Jangkrik. Soalnya dia baru muncul lagi. Pulangnya jangan lupa cuci piring yo. 

Tapi sebelum laporan dicabut mereka harus ditahan walau bukan di sel penjara. Biar ada efek jera. Itu harapan kampus. Tapi saya pesimis mereka jera (semoga saya salah). Apalagi Lepak yang kalau jalan saja sudah seperti ngajak kampus beserta isinya kelahi.

Kalau Ale memang sedikit kalem. Tapi jangan lupa, jomblo berambut ikal itu orang Timur. Orang yang katanya Abdur (comica yang satu daerah sama Ale) tidak jahat di kampungnya, belum tentu di perantauan. Tidak percaya? Tanya Agas. Dia sudah pernah rasakan kejamnya tatapan mata Ale.
---
Di caption foto yang diunggah, Tirus menulis Terakhir sore baru dijenguk ketua migas yang bs jengku bs merapat dluan silahkan ke polsek utara. Sumpah. Begitu memang cowo yang pernah gondrong itu nulisnya. Bukan saya yang salah ketik.

Walau begitu saya paham. Ada yang salah dengan foto itu. Bukan karena fotonya gelap. Tapi situasinya yang tidak seindah senyum Pak Lukman. 

Kenapa harus dibawa ke Polsek. Toh sudah ada perdamaian. Saya sendiri yang jadi salah satu juru damai. Tanda tangan di kertas bermaterai pula. Lepak juga sudah berusaha menjilat sekuat tenaga supaya akrab dengan Anton. Cowo yang wajahnya sempat dia sentuh, juga dengan sekuat tenaga.
 
Tapi saya sadar. Ini bagian dari manuver barisan sakit hati. Entah kenapa begitu. Kalau memang pergerakan teman-teman di kampus membuat mereka marah, alangkah lucunya.

Pengurus kampus mungkin lupa kalau tugas mahasiswa bukan cuma kuliah. Ada hal yang patut dikritis. Fasilitas kampus misalnya. Pengurus kampus mungkin juga lupa pernah menjadi bagian dari demonstrasi semasa menjadi mahasiswa. Bahkan menjadi otak aksi. Jadi, lucu sekali kalau sakit hati karena masalah itu. Kami belajar dari kalian, Bang, Pak. 

Dari kasus ini, bertambah lagi kenikmatan yang harus dimiliki anggota Cadas. Selain sering dipersulit semasa mengurus KRS, dispensasi, sampai kerja praktek, harus sabar jika dianggap menjadi “musuh” nomor satu. 

Untuk si bungsu, Barringtonia Asiatica, biasakan telinga kalian mendengar kata-kata, “Mahasiswa kok pungut sampah”. Atau, “Kamu tidak boleh aktif di Cadas kalau mau lanjut kuliah semester depan”. Atau yang ini, “Organisasi itu bikin lama lulus kuliah”. 

Abang dan Mba kalian sudah pernah bahkan sering mendengarnya. Kalau nanti ada yang ngomong seperti itu, pesan saya, berikan dia senyuman. Semanis senyum Pak Lukman difoto yang diunggah Tirus. Kalau mau mengumpat, dalam hati saja. 

Tidak ada gunanya mendengarkan omong kosong itu. Anggap saja kentut Gajah. Bau busuk tapi cuma sekelebat. Jadi jangan dihirup dalam-dalam. Tetaplah kritis. Ingat, kalian orang terpilih. Benar-benar terpilih. Banyak pendaftar yang sudah dicoret Agas.

Besok, Cadas berusia sembilan tahun. Masih muda. Tapi bukan berarti bisa dipandang sebelah mata. Ke depan, Barringtonia Asiatica pasti bakal menjadi pilar utama. Belajarlah.  Serap ilmu sebanyak mungkin. Termasuk ke Lepak dan Ale. Pasti ada yang berguna dari keduanya.  

Seperti kata Bang Ben. Nikmatilah proses belajar bersama alam, lingkungan sekitar, dalam tangis, bahagia, sakit hati, putus asa. Satukan semua dengan kalimat suci pengikat kita; saudara. 

Selamat Milad ke-9. Salam Lestari. 

Edwin  “Gaib
NTA.CC.02.08.021

Tidak ada komentar:

Posting Komentar