BERDIRI di kampus yang berorientasi pada eksplorasi dan eksploitasi
alam tidak membuat mereka menjadi kerdil. Sebaliknya, dengan pengetahuan
dan pengalaman menjadikan sesuatu yang berharga. Di balik pembangunan
pasti ada kerusakan, sekecil apapun kerusakan itu. Terlebih jika
berbicara industri minyak dan gas bumi. Pengerukan sumber daya alam pun
berimbas pada kelestarian alam.
Untuk itu perlu pengetahuan yang luas tentang cara meminimalisasi
kerusakan. Hal itulah menjadi pemikiran Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala)
Carmine Delta Adventurers Community (Cadas.Com). Berdiri di STT-Migas,
Balikpapan, kampus yang notabene pencetak teknisi perminyakan dan gas
bumi, membuat kehadiran mereka menjadi pembeda. “Awal berdiri, saya
kerap ditanya mengenai eksistensi kami.
“Bagaimana bisa di kampus eksplorasi alam ada Mapala (Mahasiswa
Pencinta Alam)?” kata Benny Oktaryanto, pelopor berdirinya Mapala Cadas.
Dikatakan, antara idealisme dan kebutuhan hidup harus seimbang.
Idealisme sebagai pencinta alam harus tetap ada. Justru keberadaan kami
(Mapala) untuk berperan dalam hal itu.
Minimal kami paham lalu mengelompokkan hal-hal yang merusak kemudian
membentuk pola pikir ramah lingkungan,” ujarnya. Salah satu hal untuk
memberikan pengetahuan tentang dampak kerusakan lingkungan saat
eksplorasi-eksploitasi adalah saat mengadakan seminar dengan tema
economy, energy, environment. “Itu bentuk partisipasi meminimalisasi
keseimbangan proses eksploitasi ketersediaan energi, dan kepedulian
lingkungan,” kata Benny. Mapala Cadas.Com terbentuk pada 3 Maret 2007.
Terpaut empat tahun dari STT-Migas.
Hingga sekarang, sudah tujuh angkatan yang mereka miliki dengan anggota
55 orang. “Anggota yang telah lulus (kuliah) tetap menjadi bagian dari
kami karena keanggotaan kami seumur hidup,” kata Shaleh Aziz, Sekretaris
Umum Mapala Cadas. Kegiatan yang mereka lakukan tidak hanya terpaku
pada hal yang menyangkut kelestarian alam maupun isu lingkungan. Namun,
juga sosial.
Menjadi relawan saat bencana kerap dilakukan. “Kami memiliki Unit
Search and Rescue (SAR) yang siap kapan saja,” tandasnya. Menjadi tenaga
pengajar di perbatasan Kaltim-Kalsel juga tengah dilakukan anggota
Mapala Cadas. Minimal sebulan sekali mereka mengunjungi SD 008 Kunjung,
Desa Busui, Kabupaten Paser, untuk menularkan ilmu serta memberi bantuan
buku. “Tahun ini, kegiatan tersebut menjadi hal wajib bagi anggota muda
yang ingin menjadi anggota biasa,” ujar Aziz.
Oleh: Edwin Agustyan(NTA.CC.02.08.021)
(Edited Felanans Kaltim Post)
http://www.kaltimpost.co.id/berita/detail/20483/cinta-alam-ala-calon-teknisi-perminyakan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar