Melihat masih maraknya
sistem pengelolaan sampah yang tidak pro-lingkungan, hingga menimbulkan
permasalahan terhadap lingkungan sekitarnya,
penanganan khusus ataupun alur
pengelolaan sampah, khususnya Anorganik sejak dari sumbernya secara
sistematis dan kolektif agar bermanfaat kembali pada sumbernya dirasa tepat
untuk diterapkan.
Jumlah sampah
Anorganik atau sampah yang dapat terkelola di lingkungan Perguruan Tinggi yang
cukup tinggi menjadi awal mula tecetusnya ide untuk menerapkan sistem Bank
Sampah. Sampah Anorganik selama ini turut menjadi perhatian utama, mengingat
masih minim penanganan hingga proses peraiannya membutuhkan jangka waktu yang tak pasti.
Terkait itu pada Senin
(2/6) kemarin perwakilan Mahasiswa Pencinta Alam (Mapala) Carmine Delta
Adventurers Community (Cadas.Com) melakukan presentasi di kantor Public
Relationship, Refinery Unit (RU) V, PT. Pertamina (Persero) Balikpapan terkait
pengajuan bantuan fisik Bank Sampah Mapala Cadas.Com.
Gambar.1 Saat presentasi berlangsung |
Diketahui Bank
Sampah sendiri merupakan sistem pengelolaan sampah yang terintegritas dan ramah
terhadap lingkungan sekitar. Dalam bank sampah sendiri, sampah yang
kesehariannya dipandang merupakan barang yang tidak berharga dimanfaatkan
sebagai material untuk dirubah menjadi nilai ekonomis.
Dalam presentasinya, Ketua Umum Mapala Cadas.Com, Fariz
Fadhillah menjelaskan bahwa sistem
Bank Sampah sendiri dirasa tepat untuk diterapkan di lingkup perguruan tinggi
dan masyarakat sekitarnya mengingat manfaatnya yang cukup banyak dari sisi lingkungan, ekonomis dan program
yang berkelanjutan.
“Selain itu, dari
rekapitulasi sampah, jumlah Reduksi
(pengurangan) sampah kering dan pendapatan dari penjualan sampah tiap waktunya
dirasa efektif untuk mengunggah partisipasi masyarakat sekitar (Warga kampus) untuk
mengelola lingkungan sekitar,” ujarnya.
Prinsip utama Bank
Sampah sendiri mengacu pada penerapan Undang-undang no 18 tahun 2008 tentang
pengelolaan sampah, yakni Reduce (mengurangi), Reuse (menggunakan kembali) dan
Rcycle (Daur Ulang). “Namun selama ini pengelolaan sampah biasanya dilakukan
dengan konsep Buang begitu saja (Open Dumping), Buang Bakar dan Gali-Tutup yang
ternyata dianggap tidak mampu memberikan solusi,” tambahnya.
Diluar sarana dan
prasarana penunjang yang nantinya akan tersedia tentunya, sistem standariasi Bank Sampah sendiri turut memberikan
semacam edukasi kepada
masyarakat sekitar (Warga Kampus) tentang budaya pemilahan sampah sesuai jenisnya
mulai dari sumbernya.
“Selama 6 Bulan
dengan Jumat Bersih Rutin kami mencoba untuk menumbuhkan minat warga kampus
untuk memilah sampah agar sampah nantinya bisa diolah menjadi barang yang
bermanfaat, di satu sisi dengan adanya kegiatan itu lingkungan sekitar pun
turut ikut bersih. ” tambahnya.
Dalam kesempatan
tadi, turut dijelaskan secara gamblang mengenai tahapan dan mekanisme
pembentukan sistem Bank Sampah itu sendiri mulai dari Proses pendampingan, Sosialisasi
awal, Pengumpulkan audiensnya
dari Warga Kampus, Kecamatan, Kelurahan dan RT untuk membentuk komitmen yang
kuat di seluruh komponen yang ada.
Khusus untuk proses
pendampingan oleh fasilitator sendiri, Wahana Lingkungan Beriman (Walibar)
Balikpapan, sebuah organisasi yang melakukan proses pendampingan pada 52 Bank
Sampah yang ada di Balikpapan tertarik untuk mendukung upaya dari Mapala
Cadas.Com ini.
“Ini kaitannya dengan monitoring dan
evaluasi jumlah sampah yang tereduksi di
lingkungan tiap waktunya, jumlah pendapatan (Kg/Rp) perbulannya, hingga
penerapan standarisasi Bank Sampah sendiri, “ ungkap Sri Ismudiati, Fasilitator
dari Walibar beberapa waktu lalu.
Sedangkan untuk
pengembangan Bank Sampah sendiri biasanya menyasar pada unit usaha kader
lingkungan dan sebagai sumber dana alternatif bagi pelakunya. “Mulai dari Unit
Usaha Simpan Pinjam, Unit Usaha Sembako, Modal Usaha dan Koperasi Bank Sampah
nantinya dapat diterapkan jika Bank Sampah ini sudah berjalan,” tambahnya.
Sedangkan dari PR RU V, Pertamina Balikpapan berkomentar
atas presentasi yang telah dilakukan. “Secara pribadi saya suka dan mendukung penerapan sistem Bank Sampah di kampus secara berkelanjutan, yang
selama ini diterapkan di lingkungan masyarakat. Dan lebih baik lagi jika bisa
diterapkan pada masyarakat sekitar, ” jelas Puput, Public Relationship RU V
Pertamina Balikpapan dalam sesi tanya jawab.
Begitu pun wanita
berkerudung ini, mengungkapkan ketertarikannya pada pola pengumpulan sampah dan
sosialisasi cara memilah sampah melalui program Jumber.
“Ya, saya lihat hal ini
merupakan suatu kerja nyata dari kalian dan jika dilakukan secara berkelanjutan dan dapat memanfaatkan massa yang
ada di kampus persepsi terhadap sampah tentu akan berubah. Semoga kedepannya
kerja sama terkait Bank Sampah ini bisa segera berjalan,” tambahnya.
Gambar .2 Saat pelaksanaan rutin program Jumat Bersih |