Sabtu, 03 Mei 2014

Butuh 15 Tahun Untuk Terurai



Suatu ketika yang saya dimana saya harus “terpaksa” alfa mengikuti progrem reguler Jumat Bersih, Mapala Cadas.Com---menurut versi saya. Menjadi babak baru bagi saya, ketika wajah garang Ka.Dept Lingkungan Hidup Mapala Cadas.Com tidak sesejuk biasannya.

Seleintingan-selentingan yang kurang mengenakkan mulai digulirkan, apalagi kalau bukan ketika masuk dalam progres pembahasan Jumber dalam evaluasi badan Pengurus Mapala Cadas.Com

Sebagai anggota aktif Mapala Cadas.Com sudah sewajibnya mengikuti program yang kini sudah bisa menyasar ke seluruh area kampus. Bagi yang tidak harus menerima konsekuensi yang mengenenakkan bagi saya yakni membuat  paper atau tulisan mengenai lingkungan hidp

Oh ya, sebelumnya Jumat Bersih sendiri merupakan suatu program yang dimana atas partisipasi seluruh anggota aktif saling berkerja sama untuk membersihkan lingkungan kampus dan sekitarnya rutin pada hari Jumat.

Dalam pelaksanannya kegiatan ini juga kerap mengajak mahasiswa dan para civitas akademika untuk bersama menjaga dan tidak hanya membersihkan lingkungan sekitar. Dan imbas dari Jumber itu pada tahun ini Mapala Cadas.Com sendiri dipercaya untuk bertanggung jawab penuh terhadap keberlangsungan lingkungan hidup STT Migas maupun pelestariannya. He-he.

Semanusiawi mungkin saya mencoba untuk memahami ketelelodaran saya, karena diare dan maag ysaya tiba-tiba kumat, sampai-sampai tidak hadir dalam Jumber., Saya pun harus menerima konsekuensi ini, di satu sisi pun tersirat bahwasanya tidak ada satu orang pun yang bebas sanksi dalam dunia ini, hehe kalau kata bubuhannya---sebutan bagi sekelompk orang dari komunitas Banjar, tidak ada sertifikat anti-sanksi disini atau sertifikat anti-bohong.

Ketika sebuah kesepakatan telah dijalankan, siapapun harus mematuhinya. Itu maknanya, berbicara hal tersebut sesulit apapun peraturan yang sudah dibuat, juga harus diberengi dengan penegakannya.

Bicara soal Jumat Bersih itu sendiri, ketergantungan serta budaya antipati yang menjangkit mahasiswa baru STT Migas terhadap lingkungan sekitar harus perlu dirubah. Tidak bisa dipungkiri kalau selama ini kita hanya terpaku dengan proses pembelajaran di bangku kulah, namun tidak serta merta memperdulikan keberlangsungan lingkungan hidup sekitar.

Yang menjadi trend di kalangan mahaiswa  ini ialah budaya merokok. Rasanya kurang keren  selama menjadi mahasiswa tidak merokok.  Saya pun demikian, tapi bukan karena ikut-ikutan melainkan lebih ingin menjadi warga negara yang produktif.  Produktif membakar uang saya untuk turut serta menyumbang pemasukan negara ini yang sebagian besar berasal cukai dan pajak rokok. He-he.

Merokok boleh-boleh saja, karena tidak ada aturan yang melarang hal tersebut, tapi apa kita selama ini apa kita tahu, bahwa proses penguraian dari sebuah putung rokok yang dihasilkan jika tidak dibuang pada tempatnya menghasilkan dampak yang cukup signifikan bagi pencemaran lingkungan hidup baik tanah maupun air.

Proses tak hanya itu, selain proses penguraian yang terbilang lama, bahaya dari kandungan kimiawi yang terdapat pada sisa rokok dapat mencemarkan udara serta menurunkan kualitas lingkunga sekitar.
Menurut dari beberapa referensi yang saya dapatkan, butuh waktu selama 1-10 tahun untuk proses penguraian putung itu sendiri. Bahkan selama ini puntung juga dikaitkan dengan permasalahan yang cukup kompleks, mulai dari penyebab Banjir maupun penyebab bencana alam yang berasal dari filter puntung yang terkenal sangat beracun itu. 

Bahkan puntung bisa bertahan selama 15 tahun dilaut yang merupakan muara pembuangan terakhir. Dan dari fakta yang ditemui di lapangan selama pelaksanaan Jumber 6 Bulan ini, Puntung Rokok menjadi sampah yang sangat mendominasi dari 38 jenis sampah yang ada di kampus merah, baik ketika masih di Gunung Pasir, Jalan Brigjend Ery Suparjan atau sekarang di Km 8, Jalan Soekarno-Hatta.

Dari beberapa informasi yang saya dapatkan untuk puntung rokok sendiri juga menghasilkan manfaat. Bagian bagian yang berkomposisikan silinder kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (menyesuaikan) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun tembakau dan busa bisa dimanfaatkan untuk bahan dar ulang dan kerajinan tangan.

Seperti pemanfaatan busa puntung rokok yang dijadikan busa untuk Bantal oleh sebagian industri rumah tangga dan sebagainya.

Padahal, filter yang berasal dari puntung ini sendiri pun di China, ditemui bahwa sembilan zat kimia yang berasal dari puntung sendiri bisa digunakan untuk melindungi pipa-pipa agar tidak berkarat.

Namun lagi-lagi fakta cukup mencenangkan bagi saya, didapat data dari blog http://www.hdindonesia.com, diperkirakan kalau produksi rokok di Indonesia untuk tahun 2009 akan mencapai 240 milyar batang. Sebagai gambaran, produksi total rokok dunia pada tahun 2004 saja sudah mencapai 5.5 triliun rokok atau kira-kira 10.5 juta rokok per menit.

Bila volume setiap 20 buah puntung rokok adalah 10 ml maka volume total untuk 5.5 triliun puntung rokok adalah 2,750,000,000 liter. Volume sebanyak ini akan mengisi penuh sekitar 1,100 kolam renang ukuran olimpiade. Bayangkan, itu hanya puntungnya!

Yayasan No Butts About It yang berlokasi Amerika Serikat memperkirakan bahwa 80% puntung rokok yang dibuang masuk ke dalam saluran got, sistem air, sungai, lalu berakhir di laut.
Untuk Indonesia sendiri, berdasarkan data konsumsi sebanyak 240 milyar rokok, maka puntung rokok yang dihasilkan setiap tahunnya adalah sebanyak 48 kolam renang.

Wow, cukup lama ternyata, cukup untuk membuat  hari-hari kita diisi dengan keluhan, mengingat dampak ekologi yang dirasakan di kemudian hari.

Karena berbicara dampak sampai saat ini saya pun kerap kerepotan, untuk menulis sebuah tulisan ini saya pun perlu menghabiskan beberapa batang rokok,  belum lagi karena sampai sekarang saya juga  belum mempunyai kantong khusus untuk membuang puntung rokok, seperti yang dimiliki oleh Kebo. Hingga  kerap kerepotan untuk mengeluarkan puntung-puntung yang berserakan di setiap kantong baju dan celana saya ketika mencuci pakaian.

Memang menjadi perokok tidak salah, namun jika sudah menimbulkan banyak kerugian bagi lingkungan dan orang terdekat, terlepas dari kewajiban sebagai warga negara yang baik, mengkaji kembali keputusan untuk 
tetap memilih menjadi perokok pun tidak ada salahnya..

Sekiranya dapat “sedikit” dikurangi, namun tidak untuk dihentikkan, he-he  Salam Lestari!!!

Created : Tirus (NTA.CC.05.11.043)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar